Langsung ke konten utama

Secangkir Kopi Membahagiakan Kita


Akulah sang penikmat kopi. Dari aromanya aku mendapat banyak inspirasi. Dari rasanya aku belajar mencermati hidup. Bahwa tak selamanya kita ada di atas. Akan ada saatnya kita di bawah tanpa seorang pun yang membersamai.

Untuk sekedar bertahan hidup di dunia yang hanya sementara ini kita juga perlu adanya biaya hidup. Berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Di luar sana ada wajah-wajah kedua orang tuaku yang harus aku bahagiakan. Ada wajah adik aku yang menanti uluran tanganku. Saling membantu bahu membahu dalam proses menggapai cita-cita.

Maaf atas segala hilaf. Ucapan kasar yang menyakiti. Ucapan dengki tak terkendalikan. Maaf untuk banyaknya kekurangan dalam diri ini. Aku sadar aku tidaklah sempurna.

Terima kasih
Hari ini aku belajar indahnya saling berbagi kebahagiaan dengan keluarga. Aku sangat bahagia. Terima kasih ya Allah atas limpahan nikmatmu.

Kamarku, 16 Oktober 2020

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Gemeretak Gigi

Selamat malam kalian yang mungkin pada saat ini sudab tertidur lelap saking nikmatnya tidur. Betapa bahagianya kalian yang bisa merasakan tidur tanpa gangguan sedikit pun. Entah ada angin apa, tiba-tiba aku ingin menceritakan tentang Teman Hidupku pada kalian. Teman yang sampai saat ini masih tumbuh dalam diriku entah sampai kapan. Sejak kecil, aku punya kebiasaan menggeretakan gigi saat sedang tidur. Kadang-kadang aku menyadarinya dan kadang pula aku tidak merasakan apa-apa.  Kebiasaan itu masih melekat erat dalam diriku sampai aku sedewasa ini. Dalam artikel yang aku baca, kebiasaan menggeretakan gigi adalah sebab dari stress yang terjadi dalam tubuhku, sehingga aku dengan tidak sadar sering melakukan itu.  Siapa sih yang ingin seperti itu? Tidak ada! Semua orang pasti ingin hidup normal. Hidup bebas tanpa ada gangguan dalam tubuhnya. Kadang-kadang aku suka mengeluh karena kalau aku tidur duluan, suara gemeretak gigi itu akan mengganggu orang yang tidur di dekatku. Ditamb

Tentangmu Yang Mulai Melupa

Aku tidak tahu dari mana awalnya aku ingin menulis ini. Aku hanya sedang rindu. Iya, rindu kamu yang lama tak menyapa. Sebenarnya untuk apa aku menulis ini. Rasanya tidak akan ada gunanya sama sekali. Berawal dari perasaan yang aku sendiri tidak tahu siapa tuannya. Rasa resah dan gelisah yang kerap menghantuikuu. Kamu yang belum tentu juga memikirkan perihal aku. Aku yang kepedean. Aku yang terlalu cinta atau terlalu berlebihan dalam menyikapi setiap peristiwa? Hingga aku harus menanggung semuanya sendirian. Di tahun ini, aku bukan lagi anak-anak. Aku semakin tumbuh menjadi perempuan dewasa. Usia dimana kedua orang tuaku sangat mengkhawatirkan perihal pasangan hidup. Tentang siapa yang aku suka. Siapa yang suka aku. Dan masih banyak lagi. Segala sesuatu yang mereka bilang, harus sangat dipertimbangkan. Apa itu? Entahlah. Kamu pernah suka sama seseorang? Kamu ingin hidup dengannya. Sampai kamu berangan-angan sangat jauh. Yang sudah jelas kamu sendiri tidak tahu akan jadi at

Surat Untuk Ayahnya Lelaki yang Kucintai

Untuk Ayah dari Lelaki yang Kucintai Assalamualaikum, Ayah. Perkenalkan saya Brina, seorang perempuan yang baru beberapa minggu ini mengenal anakmu. Ayah, izinkan saya memanggilmu Ayah meski kita tak ditakdirkan berjumpa sampai detik ini. Ayah, terima kasih telah mendidik anak lelaki yang lembut, serta penyayang. Seseorang yang selalu berusaha bertanggung jawab dengan apa yang telah ia katakan. Ayah, saya menulis ini, ingin kusampaikan padamu betapa saya sangat mencintai anakmu. Sejak ia melayangkan lamarannya padaku kala itu. Waktu yang sangat singkat tak terasa membuat saya sejatuh cinta ini padanya. Sebelumnya, saya tidak pernah berangan-angan untuk berkenalan dengannya, bahkan untuk menjadi pasangannya. Ayah, saya memang bukan perempuan yang baik. Bahkan saya tidak terlahir dari keluarga kaya. Saya hanya perempuan sederhana yang harus banyak menabung terlebih dahulu untuk mendapatkan yang saya inginkan. Tapi saya punya cinta yang tulus untuk anakmu. Sejak nama anakmu se