Langsung ke konten utama

Love Story AA [Part 2 DILEMA]

Selamat malam teman-temanku. Kita akan melanjutkan cerita yang sempat tertunda tadi pagi ya. Aku harap kalian membaca dulu LOVE STORY AA PART 1 nya agar kalian gak bingung bacanya.

Jadi, setelah aku main di Mba Ismi. Aku upload foto di Instagram dengan caption, "Aku dan Team".
Screenshootnya nanti aku kasih tau sama kalian biar kalian makin semangat bacanya.


Namanya anak sosialita, kalo gak update itu rasanya pasti ada yang kurang. Yang penting mah ada aja foto kegiatan dalam setiap harinya. Mau satu foto atau dua foto tak jadi masalah, yang penting update.

Lalu tiba-tiba hp aku ada notif, isinya adalah seseorang membalas IG Story aku "Fotonya enggak burem kan, Mbak?". Mataku langsung melotot dong. Aku kaget. Siapa ini? Namanya juga gak jelas. Lantas kubalas "Enggak, Mas. Loh, Masnya yang tadi motoin saya tah?".

Aku gak sempat sama sekali melihat profil Instagramnya dia. Dan setelah itu aku langsung menutupnya. Karena aku ingat, hari sudah sore, aku harus segera pulang dari Mba Ismi.

Sudah sampai dirumah, aku bertanya sama sodara lelakiku tentang akun dia. Tapi saudaraku tak ada yang mengenalinya. Ya sudah, aku pun kembali mendiamkan akun tersebut. Bahkan aku tak ada niatan buat follback dia, karena ya gak penting banget buat aku!

Minggu, 28 Februari 2021

Selang 2 minggu dari pertemuan pra-nikah tadi yang aku ceritakan. Aku mengikuti kegiatan lagi di Cilengkrang, yaitu acara Kemandirian. Kebetulan pada saat itu aku menjadi salah satu pematerinya. Di bawah ini adalah foto dokumentasi kegiatan aku.

Mulai saat itu aku sering mendengar namaku disebut-sebut. Walaupun sebenarnya banyak yang namanya hampir sam denganku, tapi aku merasa namaku muncul lagi setelah sekian lama menghilang dari peradaban.

Di saat itu aku menyampaikan materi, melihat peserta yang hadir pun kebanyakan usia SMA dan kuliah. Karena kebetulan lagi banyak banget acara. 

Selang beberapa hari dari kegiatan itu. Aku lupa kapan tepatnya tanggal itu. Di awal Maret 2021, di malam hari ayahku mendapat telpon dari Palembang. Ada seorang lelaki dari Palembang nelpon meminta taaruf denganku via video call. 

Jika itu untuk hal baik, ayahku akan sangat menerima. Apalagi melalui jalur yang semestinya dikerjakan. Tapi pada saat itu ayahku tidak mengatakan maksud baik dari orang Palembang itu padaku. Karena memang aku tinggal lain rumah dengan orang tuaku.

Lalu di saat yang sama, pagi harinya ayahku mendapatkan telpon dari salah satu panitia pra-nikah. Kurang lebih seperti ini pesannya.

"Pak, si neng ada yang lagi ditungguin? Lagi kosong enggak? Ini ada yang nanyain si neng dari Cimalaka, katanya mau taaruf"

Kalian tau ayahku jawab apa?

"Anak saya tidak saya izinkan untuk menunggu-nunggu seperti itu. Kalau ada yang mau niat baik entah itu taaruf atau mau melamar ya silakan saja"

Bahkan dari dua telpon tersebut, ayah belum juga ngasih tau aku. Selang dua hari, ayah baru mengabari padaku.

Ayahku bilang kalau saat itu ayah dilema. Karena menerima telpon dari dua laki-laki yang juga bermaksud sama tapi jarak yang membedakan. Namun pada akhirnya, ayah menyimpulkan.

Siapa yang lebih berani untuk melamar lebih dulu berarti dialah pemenangnya. 

Tanpa basa-basi, di hari Jum'at tanggal 12 Maret 2021 setelah jumatan ayahku nelpon memintaku ke masjid karena ada yang mau taaruf.

Tanpa tendeng aling-aling, aku yang baru selesai ngajar langsung ngebut pakek si kuda besi baru. Kerudung krem, baju batik item polet abu bagus kali yah. Iyalah aku kan cantiknya mashaAllah.

Mau tau gimana kelanjutannya? Hiyaa..hiyaa.. Makin penasaran yaa? Dipikir mau nikah gak ada rintangannya? Tapi percayalah semakin berat rintangannya, aku diberi keyakinan sama Allah bahwa yang bisa memperjuangkan itulah yang terbaik.

Tunggu di next part yaaa!!! Jangan lupa share link!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Gemeretak Gigi

Selamat malam kalian yang mungkin pada saat ini sudab tertidur lelap saking nikmatnya tidur. Betapa bahagianya kalian yang bisa merasakan tidur tanpa gangguan sedikit pun. Entah ada angin apa, tiba-tiba aku ingin menceritakan tentang Teman Hidupku pada kalian. Teman yang sampai saat ini masih tumbuh dalam diriku entah sampai kapan. Sejak kecil, aku punya kebiasaan menggeretakan gigi saat sedang tidur. Kadang-kadang aku menyadarinya dan kadang pula aku tidak merasakan apa-apa.  Kebiasaan itu masih melekat erat dalam diriku sampai aku sedewasa ini. Dalam artikel yang aku baca, kebiasaan menggeretakan gigi adalah sebab dari stress yang terjadi dalam tubuhku, sehingga aku dengan tidak sadar sering melakukan itu.  Siapa sih yang ingin seperti itu? Tidak ada! Semua orang pasti ingin hidup normal. Hidup bebas tanpa ada gangguan dalam tubuhnya. Kadang-kadang aku suka mengeluh karena kalau aku tidur duluan, suara gemeretak gigi itu akan mengganggu orang yang tidur di dekatku. Ditamb

Tentangmu Yang Mulai Melupa

Aku tidak tahu dari mana awalnya aku ingin menulis ini. Aku hanya sedang rindu. Iya, rindu kamu yang lama tak menyapa. Sebenarnya untuk apa aku menulis ini. Rasanya tidak akan ada gunanya sama sekali. Berawal dari perasaan yang aku sendiri tidak tahu siapa tuannya. Rasa resah dan gelisah yang kerap menghantuikuu. Kamu yang belum tentu juga memikirkan perihal aku. Aku yang kepedean. Aku yang terlalu cinta atau terlalu berlebihan dalam menyikapi setiap peristiwa? Hingga aku harus menanggung semuanya sendirian. Di tahun ini, aku bukan lagi anak-anak. Aku semakin tumbuh menjadi perempuan dewasa. Usia dimana kedua orang tuaku sangat mengkhawatirkan perihal pasangan hidup. Tentang siapa yang aku suka. Siapa yang suka aku. Dan masih banyak lagi. Segala sesuatu yang mereka bilang, harus sangat dipertimbangkan. Apa itu? Entahlah. Kamu pernah suka sama seseorang? Kamu ingin hidup dengannya. Sampai kamu berangan-angan sangat jauh. Yang sudah jelas kamu sendiri tidak tahu akan jadi at

Surat Untuk Ayahnya Lelaki yang Kucintai

Untuk Ayah dari Lelaki yang Kucintai Assalamualaikum, Ayah. Perkenalkan saya Brina, seorang perempuan yang baru beberapa minggu ini mengenal anakmu. Ayah, izinkan saya memanggilmu Ayah meski kita tak ditakdirkan berjumpa sampai detik ini. Ayah, terima kasih telah mendidik anak lelaki yang lembut, serta penyayang. Seseorang yang selalu berusaha bertanggung jawab dengan apa yang telah ia katakan. Ayah, saya menulis ini, ingin kusampaikan padamu betapa saya sangat mencintai anakmu. Sejak ia melayangkan lamarannya padaku kala itu. Waktu yang sangat singkat tak terasa membuat saya sejatuh cinta ini padanya. Sebelumnya, saya tidak pernah berangan-angan untuk berkenalan dengannya, bahkan untuk menjadi pasangannya. Ayah, saya memang bukan perempuan yang baik. Bahkan saya tidak terlahir dari keluarga kaya. Saya hanya perempuan sederhana yang harus banyak menabung terlebih dahulu untuk mendapatkan yang saya inginkan. Tapi saya punya cinta yang tulus untuk anakmu. Sejak nama anakmu se